- Perjuangan Menyatukan Kembali Anak-Anak dengan Keluarganya di Gaza
- AS Berencana Jual Senjata Rp129 Triliun ke Israel di Tengah Genosida Palestina
- Serangan Israel Tewaskan 70 Warga Palestina, Mayoritas Anak-Anak dan Wanita
- Moldova Tetangga Ukraina Hadapi Krisis Keamanan Akibat Pemutusan Pasokan Gas Rusia
- Pekerjaan dengan Bayaran Tertinggi di Inggris, Jam Kerja Kurang dari 30 Jam Seminggu
- Tentara Israel Serbu Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Paksa Evakuasi
- Malaysia Kutuk Agresi Israel yang Tak Henti-hentinya di Gaza
- Houthi Yaman Siap Konfrontasi Langsung Lawan AS dan Israel
- Ragam Acara Menarik di GJAW 2024 Buat Para Pecinta Otomotif
- Gasspoll FC Ukir Sejarah, Komunitas Fun Football Pertama Bermain di Stadion Gelora Bung Tomo
Analisis Broker Octa: Persiapan Masa Depan Tranding di 2025
Jakarta, CNN Indonesia -- Perkembangan seperti volatilitas pasar forex, kenaikan harga komoditas, dan pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara siap membentuk kembali lanskap trading di tahun 2025. Para pelaku pasar perlu mengetahui beragam trend ini guna mengembangkan pendekatan strategis dan memitigasi risiko.Kar Yong Ang, analis pasar keuangan di broker Octa, menyoroti perkiraan trend trading utama di tahun 2025 seperti berikut:Perubahan Global dalam Pasangan Mata UangPasar mata uang tengah bersiap untuk peningkatan volatilitas di tahun 2025, didorong oleh perubahan kondisi perekonomian global dan penyesuaian kebijakan moneter. Menurut Prospek Ekonomi S&P Global, perlambatan pertumbuhan global, peningkatan inflasi, dan perbedaan kebijakan suku bunga di antara bank-bank sentral utama diperkirakan akan sangat membebani pasangan mata uang seperti EURUSD dan GBPUSD.Faktor-faktor ini, ditambah ketidakpastian perdagangan, dapat mengganggu likuiditas pasar forex, meningkatkan volatilitas jangka pendek, dan memperbesar spread.Dolar AS diperkirakan akan mempertahankan status sebagai aset safe-haven di tengah keberlanjutan ketidakpastian global. Namun, pasar-pasar negara berkembang menghadapi potensi tekanan karena risiko depresiasi mata uang meningkat, khususnya di kawasan yang bergantung pada pembiayaan eksternal.Akibatnya, para trader kemungkinan akan berfokus pada strategi dana lindung dan memantau secara saksama keputusan kebijakan keuangan dari Federal Reserve AS, Bank Sentral Eropa, dan Bank of England.Trading Komoditas: Peluang BaruPasar komoditas akan mengalami pergeseran dinamis pada 2025, dibentuk oleh tekanan inflasi, risiko geopolitik, dan transisi energi global. Emas, yang permintaannya kuat pada tahun 2024 sebagai aset safe-haven, diproyeksi akan mempertahankan lintasan kenaikan karena ketidakpastian ekonomi global yang masih berlanjut.Para analis menyoroti keberlanjutan tekanan geopolitik dan perlambatan pertumbuhan ekonomi sebagai pendorong utama daya tarik emas di tahun mendatang. Sementara itu, pasar minyak kemungkinan akan mengalami volatilitas berkelanjutan.Keterbatasan pasokan, ditambah pergeseran dalam permintaan energi, dapat mendorong harga lebih tinggi. Selain itu, komoditas yang terkait energi hijau seperti litium, tembaga, dan nikel makin berharga karena berbagai negara mempercepat inisiatif energi terbarukan.Laporan menyoroti bahwa komoditas yang penting untuk produksi kendaraan listrik dan penyimpanan energi akan mengalami pertumbuhan permintaan yang berkelanjutan, menciptakan peluang baru bagi trader komoditas.Pertumbuhan Trading di Asia TenggaraAsia Tenggara tetap menjadi titik fokus untuk trading dan investasi global, didorong oleh dasar-dasar perekonomian yang kuat dan transformasi digital yang cepat. Negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, dan Singapura menjadi yang terdepan, dengan pertumbuhan PDB kawasan ini diperkirakan akan melampaui rata-rata global pada 2025.Perekonomian digital Indonesia terus berkembang, didukung oleh penerimaan yang kuat dari pelanggan, dan peningkatan investasi dalam infrastruktur. Pada 2025, perekonomian internet Asia Tenggara diharapkan mencapai US$330 miliar, mencerminkan peningkatan yang stabil dalam e-commerce, fintech, dan layanan online.Di sisi lain, Malaysia tetap menjadi pemain signifikan dalam elektronik dan energi terbarukan, dengan kebijakan pemerintah yang ditujukan untuk meningkatkan infrastruktur dan menarik investasi asing. Singapura, sebagai pusat finansial, mempertahankan peran strategis dalam mendorong inovasi dan pengadopsian teknologi hijau.Risiko dan Tantangan untuk 2025Meskipun peluang trading berlimpah, 2025 memiliki tantangan sendiri. Peningkatan utang global, ditambah biaya pinjaman yang lebih tinggi, menimbulkan risiko bagi ekonomi maju dan berkembang. Laporan Bain & Company pada 2024 menyoroti kekhawatiran atas potensi resesi di pasar-pasar utama, yang dapat mengganggu arus trading dan sentimen investor.Konflik geopolitik dan kebijakan trading proteksionis juga tetap menjadi risiko utama. Ketegangan dalam rantai pasokan global, terutama di antara AS dan Tiongkok, dapat berdampak pada harga komoditas dan pasar mata uang.Trader harus mengandalkan strategi manajemen risiko yang kuat, menggabungkan analisis teknikal dan fundamental untuk menavigasi ketidakpastian ini.Trading pada 2025 akan ditentukan oleh volatilitas pasar forex, peningkatan permintaan, dan kekuatan ekonomi Asia Tenggara. Trader disarankan untuk mengetahui berbagai trend ini dan prediksi tren lain terlebih dahulu guna menyesuaikan strategi jangka panjang mereka.Untuk memfasilitasi pengamatan trend, para pemain pasar dapat mengandalkan tools canggih yang memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih cepat dan lebih akurat. Tools ini mencakup Space dari OctaTrader, yang memberikan wawasan prediktif dan strategi pakar untuk trader. Pendekatan seperti ini memungkinkan manajemen risiko yang lebih baik di tengah volatilitas pasar.Disclaimer: Trading melibatkan risiko dan mungkin tidak cocok untuk semua kalangan investor. Gunakan keahlian Anda dengan bijak serta evaluasi semua risiko terkait sebelum mengambil keputusan investasi.
Sumber ( CNN Indonesia https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20250102181647-307-1183229/analisis-broker-octa-persiapan-masa-depan-trading-di-2025 )